Gejala Dan Cara Mengatasi Disgrafia Anak – Kondisi disgrafia sudah sangat sering dialami oleh anak-anak. Sebelumnya Disgrafia atau agrafia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan menulis dan mengeja. Kondisi ini bukan termasuk gangguan mental, melainkan masalah pada fungsi otak yang berperan dalam menjalani keterampilan motorik halus untuk menulis.
Jadi, penderita disgrafia mengalami kesulitan dalam menyelaraskan antara pikiran dan gerakan otot tangannya saat hendak menulis. Disgrafia biasanya dialami oleh anak-anak, tetapi orang dewasa juga bisa mengalaminya.
Dalam penulisan kali ini, kami akan membahas mengenai Gejala Dan Cara Mengatasi Disgrafia Anak.
1. Kenali Gejala Disgrafia
Gejala khas dari disgrafia adalah tulisan tangan yang tidak jelas dan sulit untuk dibaca. Meski begitu, orang yang memiliki tulisan tangan tidak rapi belum tentu mengalami disgrafia, ya.
Selain tulisan tangan yang sulit dibaca, penderita disgrafia juga menunjukkan gejala berikut:
- Kesulitan menggungkapkan kata atau kalimat dalam sebuah tulisan
- Sering salah dalam mengeja atau menulis, misalnya kekurangan huruf atau kata
- Tulisan yang dibuat bisa berupa campuran antara huruf sambung dan huruf cetak
Sering menggunakan tanda baca yang salah - Kesulitan mengatur margin atau jarak antar kata dan kalimat dalam menulis
- Sering menghapus tulisan berulang-ulang
- Cenderung menulis dengan lambat
- Sering menggenggam alat tulis dengan sangat kencang, sehingga bisa menimbulkan kram tangan
- Sulit menuangkan isi pikir dan perasaan melalui tulisan
- Suka berbicara ketika menulis
Meski memiliki kesulitan menulis, anak-anak dengan disgrafia umumnya masih memiliki tingkat kecerdasan yang normal. Riset membuktikan bahwa anak-anak yang terkena disgrafia tidak memiliki perbedaan IQ yang signifikan dengan anak-anak yang kemampuan menulisnya normal.
2. Cara Mengatasi Disgrafia pada Anak
Jika anak terlihat menunjukkan ciri-ciri disgrafia, maka orang tua harus segera membawanya ke profesional untuk mendapatkan terapi yang tepat. Hal utama yang harus dilakukan adalah anak harus mendapatkan diagnosis yang tepat. Psikolog atau terapis okupasi dapat mendiagnosa kondisi anak setelah memberikan beberapa tes.
Kondisi yang dinilai saat melakukan tes disgrafia adalah hasil tulisan anak, posisi tangan dan tubuh saat menulis, cara memegang pensil, postur tubuh, dan proses menulis yang dilakukan anak. Jika anak ternyata memang penyandang disgrafia, jangan terlalu bersedih hati.
Disgrafia memang tidak dapat disembuhkan, tetapi orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut untuk menangani kesulitan yang dialami anak disgrafia:
- Rutin membawanya terapi. Apalagi jika ternyata disgrafia adalah gejala kondisi khusus, seperti ADD, ADHD, atau disleksia.
- Mengajak anak menggunakan kertas bergaris dengan garis yang lebar agar anak terbantu saat menulis Menggunakan alat bantu saat memegang pensil.
- Alat ini dapat dibeli di toko yang menjual perlengkapan terapi, atau di klinik tumbuh kembang.
- Menggunakan pensil yang berukuran besar atau berbentuk segitiga agar anak mudah memegangnya.
- Ajarkan kemampuan mengetik sejak dini menggunakan komputer (bukan ponsel).
- Jangan mengkritik anak jika dia lambat dalam mengerjakan tugas sekolahnya.
- Ketahuilah, bahwa usaha untuk menulis dengan benar sangat membebani anak.
- Hargai setiap usaha anak dalam menulis, bangun lingkungan dan suasana belajar yang positif untuk mendukung perkembangannya.
- Ajak anak untuk melepas penat setelah menulis beberapa saat. Misalnya, dengan mengibaskan tangan, stretching, mengepalkan dan membuka telapak tangan.
Walaupun sulit menulis, anak disgrafia tetap mampu sukses di masa depan. Dukungan orang tua, guru, dan lingkungan sangat menentukan dalam hal ini.